Sunday, 21 August 2011

Depok Dalam Lipatan Sejarah - Siri Ke –15 (Terakhir) – Samsul Kamil Osman

“Akhir Sebuah Episod Cinta Kampus”

Hari itu cuaca terlihat seperti sangat suram dan redup sahaja. Hari itu juga merupakan hari pertama aku ke kampus untuk memulakan kuliah pertama bagi semester baru. Cuaca begini jarang-jarang terjadi, apalagi sejak beberapa hari yang lalu Depok di limpahi dengan cahaya matahari yang sangat terik sepanjang hari. Tapi itu tidak untuk hari ini, apakah ada sesuatu yang akan terjadi, aku sendiri kurang pasti.

Sampai di kampus aku lihat sangat meriah sekali. Tidak suram seperti cuaca hari ini. Memang sepatutnya begini, kerana minggu-minggu ini kuliah baru hendak dimulai lagi. Kesibukan mahasiswa begini sepertinya sudah alami, sibuk mundar-mandir ke sana dan ke sini. Tentu ada saja yang mereka cari...., tentu saja ada saja yang mereka perlu penuhi..., mencari bilik kuliah, pengajar dan mungkin saja mendapatkan ‘metode’ ilmu yang patut diketahui. Semua itu supaya pembelajaran mudah diikut nanti. Ilmu didapatkan dan keyakinan dimiliki, agar hasilnya memenuhi kehendak hati.

Pagi itu seharusnya menjadi hari pertama aku mengikuti kuliah ‘Metologi Jawa Kuno’, mata kuliah pilihan yang ku ambil di Jurusan Sastra Jawa. Pagi itu sepertinya aku sungguh berdebar sekali. Berdebar kerana aku tidak terlalu mengerti, apakah isi pelajaranku nanti?

Hari ini aku juga harus sendiri, tanpa teman-teman yang pernah aku kenali. Aku harus mencari teman-teman baru untuk didekati. Tapi tetap saja aku optimis hari ini, tentu saja itu tidak sulit sekali, sebab aku sudah siap untuk mengharungi apa saja yang bakal dihadapi. Apa yang penting ilmu baru dapat aku miliki.

Sebaik saja kakiku melangkah masuk ke ruangan kuliah di Gedung 4 FSUI, apa yang aku lihat sudah seperti apa yang telah aku duga sebelumnya. Aku kebingungan sendirian, kerana tiada ada satu orang pun mahasiswa di dalam ruangan itu yang aku kenal. Lihat dari raut wajah mereka saja aku sudah dapat menduga, semua anak-anak itu asalnya dari keturunan Jawa.

Beberapa minit berada di ruangan itu sudah cukup membuatkan aku rasa sangat terasing. Mana tidaknya, tiada ada satupun perbualan anak-anak bisa aku mengerti maksudnya. Bahasa Jawa yang mereka gunakan sangat ketara, mendengarkan mereka bersuara membuatkan aku ketawa.

“Mas, kamu anak sejarah thoh,” kedengaran suara bertanya dari sebelahku.


“Tumben, kok milihnya di Sastra Jawa, emang kamu asli mana,” anak itu seperti berminat ingin mengetahui tentang aku.

“Saya Samsul, anak Jurusan Sejarah asal Malaysia,” aku memperkenalkan diri.

“Dari Malaysia thoh, kok ono ya wong Malaysia yang kuliahnya di sini?,” kedengaran anak itu seperti kehairanan.

“Iya, orak opo-opolah, aku Saras...Saraswati asal Ponorogo,” anak itu memperkenalkan diri sambil menghulurkan tangan tanda berkenalan.

Aku menyambut huluran tangan itu dengan melemparkan senyuman.

“Emang kamu biasa berbahasa Jawa,” Tanya Saras untuk kepastian.

Aku menjawab dengan hanya menggelengkan kepala.

‘Oh gitu, ngak opo-opo, nanti aku bisa bantu kok,” Saras menawarkan diri untuk membantu.

“Terima kasih,” jawabku ringkas sambil mengukir senyuman tanda rasa gembira menerima bantuan yang ditawarkan Saras.

Ruangan semakin dipenuhi oleh anak-anak mahasiswa yang akan mengikuti mata kuliah ini. Tapi aku masih lagi hanya mampu tersenyum sahaja mendengarkan perbualan mereka, kerana rata-rata mereka menggunakan perantaraan bahasa Jawa. Ada ketikanya aku senyum sendirian mendengarkan bait-bait ucapan mereka. Bagi aku sangat unik dan menarik, walaupun sebenarnya aku tak pasti apa yang maksud yang diucapkan itu.

“Kenapa kamu ketawa sendiri Samsul, lucu ya dengerin bicara anak-anak?” Saras menegurku bila melihat aku hanya tersenyum sendiri.

“Aku ketawa karena tak mengerti apa yang kalian bicarakan,” aku memberi jawapan menjelaskan keadaan.

Tiba-tiba terdengar suara yang kemudian disambut dengan sorakan dan tepukan anak-anak yang ada di ruangan.

“Samsul, kuliah hari ini bubar, maksud gue dibatalkan, dosennya berhalangan, ada rapat di kampus Salemba,” Saras menjelaskan keadaan sebenar yang menyebabkan sorakan.

Aku lihat anak-anak mahasiswa girang meninggalkan ruangan. Aku masih terpinga-pinga kebingungan. Bingung memikirkan apa yang harus aku lakukan selepas ini. Kalau sebelumnya aku sangat bersemangat untuk mengikuti kuliah hari ini, tapi aku terpaksa melangkah keluar denga lesu dan sedikit kecewa.

Kecewa kerana ilmu baru yang sepatutnya aku dapat hari ini masih harus ditangguhkan lagi...Minggu depan aku harus balik lagi...., menagih ilmu yang ingin aku cari, supaya dapat memperkayakan diri....,buat bekalan bila pulang nanti...., supaya jadi insan bestari...,dapat menyumbangkan jasa dan bakti...., buat ibu pertiwi yang ku junjung tinggi.

Hari ini aku terpaksa pulang meninggalkan kampus dengan penuh kehampaan. Merasa hampa kerana niatku untuk mendapatkan pengalaman menimba ilmu yang baru tidak kesampaian...., hampa kerana itulah satu-satunya kuliah yang aku ambil untuk hari ini. Jadi datangku ke kampus hari ini tidak memberi banyak makna, dan sepertinya aku harus pulang dengan kehampaan.

Setelah berfikir panjang, aku mengambil keputusan untuk pulang ke kost saja. Tak banyak yang dapat aku lakukan di kampus hari ini. Mahu ke perpustakaan, rasanya masih belum terdesak lagi. Apalagi kuliah satupun belum aku ikuti lagi, belum ada tugasan baru yang diberi.
Aku terus melangkah dengan pasti, berjalan pantas tapi tetap saja dengan penuh teliti. Mata tetap saja melirik ke kanan dan ke kiri. Tujuan hanya satu, untuk mendengar gerak hati, siapa tahu dapat terpandang ‘si buah hati’.

Rindu pada Riries ingin rasanya diubati, walaupun aku tahu itu sudah samar-samar sekali. Soal hati apa saja boleh terjadi...., walaupun ada rasa marah di dalam hati...tapi rasa rindu tetap perlu diubati....,rasa benci kalau boleh mahu dijauhi..., moga saja akan lahir rasa cinta kembali.

Dalam masih berkata-kata di dalam hati, aku seperti terpandangkan kelibat Riries bermesra dengan ‘si buah hati’. Kemesraannya sungguh terasa sekali, melihat saja sudah cukup membuatkan aku menjadi sakit hati. Kenapa ini yang harus aku lihat terjadi...., mengapa malang nasibku hari ini. Aku merasa seperti sangat patah hati, sakitnya menyusup terasa perit sekali.

Mataku masih menjadi saksi, gelagat ‘dua sejoli’. Walau pun itu cukup membuat aku merasa sengsara dan sakit hati. Setiap kali Aditya beraksi manja, menyuapkan makanan ke mulut Riries..., aku menjadi ingat kembali..., masa lalu kami...,kerana itu pernah aku alami. Ketika itu terasa indahnya dunia ini, rasa di syurga, bahagia sekali..., ibarat dunia menjadi milik sendiri....,rasa tak ingin lagi melepaskannya pergi.

Kerana merasa terlalu sakit hati, aku terus melangkah pergi..., meninggalkan kampus dengan penuh rasa benci...., benci kerana nasibku sungguh malang hari ini....,benci kerana aku kehilangan ‘buah hati’..., benci kerana semua yang aku lakukan sia-sia hari ini..., benci kerana mengenangkan nasib diperlakukan begini.

Riries...., apakah episod cinta kita berakhir di sini....cinta kita berakhir hari ini....cinta yang tak akan dapat diteruskan lagi....Tapi cinta ini akan tetap aku hargai...., walaupun cinta ini harus ku lepaskan pergi....

Cinta ini dulunya bawa bahagia....., cinta ini yang dulunya hanya menjadi milik kita...,cinta ini yang dulu mengubah duka jadi gembira...., cinta ini yang dulu menjadi penghibur hati yang lara.

Mungkin saja apa yang terjadi ini salahku juga. Aku tak pernah melafaskan kata dan rasa cinta. Walau berkali-kali kau luahkan rasa...., aku hanya menjadi pendengar sahaja...., aku menjadi sangat malu untuk menyatakannya...., aku biarkan masa berlalu dengan begitu saja....sedangkan kau menunggu jawabnya....lafas cinta tak ku ucapkan jua....

Aku tahu....,seharusnya cinta tak cukup dengan rasa..., cinta harus diluah dengan kata-kata....cinta itu harus ada buktinya....Tapi aku tidak melakukan apa-apa....,,membiarkan cinta hadir dengan sendirinya.....merasakan cinta akan kekal selama-lamanya....maka akhirnya ini yang ku terima....cintaku akhirnya terlepas begitu saja.....

Tapi aku tak boleh kecewa... Matlamat hidup bukan untuk itu sahaja....Aku ke sini bukan hanya untuk cinta...., tapi mencari ilmu yang lebih utama.

Semoga aku tak pernah lupa asal tujuan, pesan ibu harus aku utamakan...,pulang dengan bawa kejayaan...,hati yang patah harus aku segera ubatkan.

Aku tidak harus kecewa.....
Aku tidak harus membiarkan hati terus dibuai lara....
Aku tidak harus mudah putus asa....
Aku harus bangkit menjadi perkasa....
Aku harus kembalikan sinar cahaya...
Aku tidak akan kecundang hanya kerana cinta....

Samsul Kamil Osman, 20 Ogos 2011

No comments:

Post a Comment