Monday, 15 August 2011

Depok Dalam Lipatan Sejarah - Siri 10 – Samsul Kamil Osman


“Bunga-Bunga Cinta Kampus’

Pagi itu langit diselimuti oleh awan-awan hitam yang menampakkan suasana suram. Entah mengapa aku juga ikut menjadi lesu, longlai dan lemah tak berdaya. Ditambah pula dengan kedinginan pagi seolah-olah menjerut dan memelukku untuk terus berbaring. Rasa malas pun datang menyambar diri, membuatkan aku terus menarik selimut melanjutkan mimpi.

Suasana pagi yang sebegini sepertinya membawa fikiranku jauh melayang. Dalam otak kecilku berkecamuk, bercelaru dengan pelbagai persoalan yang aku sendiri tak tahu apa ada jawapannya.

“Sudah, hari ini tak payah ke kampus....siapkan tugasan di kost saja lah...,” bisik hati kecilku memujuk.

‘Tapi aku dah janji dengan teman-teman, aku dah janji dengan Riries....tidak...tidak...aku mesti ke kampus...jangan malas..jangan malas...,” hati kecilku terus berbahas mencari jalan keluar.

Entah mengapa sejak kebelakangan ini, wajah Riries selalu bermain di kotak fikiranku. Apakah ini yang dikatakan jatuh cinta. Apakah aku sedang dipanah asmara seperti ‘Laksmana dan Sita Dewi’.


Memang, sejak pulang berlibur dari Puncak tempoh hari, aku telah terbawa-bawa oleh perasaan yang tidak menentu. Mungkin saja mengalami pengalaman pertama berspeda motor berdua, jalan bergandingan berpegangan tangan tak ubah lagaknya seperti pasangan bahagia. Lagak pasangan yang memadu kasih berjanji setia.

Aku masih ingat dan sangat menghayati bait-bait kata puitis yang Riries ucapkan tempoh hari....” Seandai saja aku bisa memilih saat ini,......pilihan aku itu adalah kamu,....seandai saja aku bisa melukis....lukisan itu adalah potret wajahmu,....seandai aku bisa menulis....coretan puisi itu khusus untuk mu,....dan seandainya saja kau dapat ku pilih....seluruh hidup ini ku serahkan pada mu,” suara halus dan lembut Riries ketika melafaskan bait-bait kata ketika kami berada di halaman ‘Rindu Alam’ Puncak, malam itu menggetarkan seluruh hati dan jantungku. Aku menjadi kaku dan bisu tak bisa berkata-kata saat itu. Indahnya kata-kata itu dan akan terus ku ingat menjadi memori terindah dalam diari hidupku.

Mendengarkan kata-kata yang lahir dari suara manja Riries, sampai-sampai aku tak mampu lagi untuk menghidupkan ‘engine’ speda motor Yamaha RD250LC keluaran tahun 1981 yang aku pinjam dari Irwan Firdaus. Ternyata sepertinya ‘engine’ motor itu juga turut tersentuh dan sangat merasakan sekali saat-saat ‘romantis’ sehingga tak inginkan ianya cepat berlalu pergi. Aku harus sekali mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Irwan yang sanggup meminjamkan speda motor kesayangannya itu. Mana tidaknya, atas jasa baik Irwan itu, akhirnya aku dapat menawan hati Riries.

“Ayuh Sam, mau ke Puncak itu kalau berdua sama cewek asyiknya naik motor, ayuh...bawa aja Riries pake aja motor gue, supaya lancar,” tentu saja tawaran Irwan itu langsung aku terima dengan senang hati. Ternyata rasa baik hati Irwan sangat ‘berbaloi’. Aku dilamun keasyikkan..menelusuri hari-hari yang berlalu, berspeda berdua ternyata sangat ‘romantis’ melewati masa yang tak pernah aku rasakan bahawa masa berlalu bergerak mengikut waktu.

Tiba-tiba lamunan ku yang jauh melayang itu tersentap. Aku lantas melompat bangun dari katil apabila teringat janji bertemu di perpustakaan untuk menyelesaikan tugasan. “Aku pasti dikroyok anak-anak nanti, mati aku,” hatiku berbisik sendiri.

Aku baru ingat, tugas kumpulan dari Pak Lariesa (Almarhum Prof. Dr R.Z. Lariesa) itu harus disiapkan hari itu juga. Besok tugasan itu sudah harus dikumpulkan dan diserahkan di jurusan. Mesti aku akan dihamun oleh teman-teman nanti, apalagi aku ‘telat’ memenuhi janji.

Sebenarnya sudah menjadi kebiasaan mahasiswa di sini, kalau dapat tugasan tak langsung dikerjakan. Selalu tugasan itu ‘diulur-ulur’ masanya untuk diselesaikan. Itu dah jadi ‘tren’, biasanya bila dah di hujung ‘tanduk’ baru asyik dikerjakan. Mungkin itu fenomena mahasiswa seperti kami yang sukakan cabaran. Mana taknya, menyiapkan tugasan di saat-saat akhir sungguh mencabar. Bila sibuk menyiapkan tugasan sampai lupa makan dan minum, tidur apa lagi....buku bersepah dan bertaburan...duduk di kampus tak ingat nak pulang...mengejar untuk selesaikan tugasan sebelum batas jam yang terakhir diserahkan.

Seperti yang ku duga sampai saja di kampus, teman-teman sudah lama menunggu. Terlihat kelibat Riries, Fina, Evi, Wiwin, Riana, Nita, Ipong, Irwan, Kamal, Ifyani, Mad Zain, Bingar, pokoknya semua ada kecuali aku saja yang terlambat datang. Melihat kelibat aku datang seperti ‘lipas kudung’, mereka semua sudah tersenyum. Senyuman itu seolah-olah mereka tahu apa saja alasan yang akan aku berikan nanti. Sebelum aku membuka mulut untuk melafaskan kata-kata, semua teman-teman sudah pada ketawa.

“Sudah lah Sam, kamu ‘telat’ pasti sebabnya kelaman mengelamun kan?...lalu kesiangan bangunnya,” Irwan bersuara mempersendakanku.

‘Gue tau apa sebabnya....anak Malaysia yang satu ini udah jatuh hati sama cewek Jakarta....cinta pandang pertama,”..giliran Bingar pula ‘ngeledek’ dan mempersendakan aku sambil disambut dengan gelak ketawa oleh teman-teman yang lain. Ketawa teman-temanku itu kedengarnya sehingga menggamatkan suasana di kantin FSUI.

“Ada yang tau ngak...siapakah gerangan si gadis bertuah itu?,” Giliran Wanto pula menyindir aku sambil menjeling ke arah Riries.

Aku dan Riries hanya mampu melirikkan senyum sambil tunduk dan tersipu-sipu malu.

‘Enak kamu Sam, ke Puncak naik speda motor, berdua lagi...ayuh lah cerita...jangan malu-malu,” giliran Nita pula cuba mengorek rahsia aku dan Riries.

Sepertinya hari-hari yang berlalu penuh dengan tawa dan riang gembira teman-teman mengusik aku dan Riries. Sepertinya juga mereka semua sudah dapat melihat keakraban hubungan kami berdua. Aku sendiri sebenarnya juga sudah merasakan sangat bahagia sekali. Apa lagi dapat mendekati dan hampir-hampir memiliki ‘buah hati’ yang cantik dan manis sekali.

Tapi yang pasti akan ada yang merasa cemburu dan tidak senang hati nanti. Melihat aku dan Riries mesra sekali, seperti sepasang sejoli, ke mana pergi tak pernah sendiri.

Apakah ini namanya cinta?...Bila bersama sungguh tak terasa...hidup jadi sangat bermakna...merasakan diri berada di syurga....

Samsul Kamil Osman, 15 Ogos 2011

No comments:

Post a Comment