Saturday 6 August 2011

Depok Dalam Lipatan Sejarah – Siri Ketiga – Samsul Kamil Osman

“Universitas Indonesia. Universitas Kam. Ibukota Negara Pusat Ilmu Budaya Bangsa. Kami Mahasiswa Pengabdi cita. Ngejar Ilmu perkerti Luhur Tuk Nusa dan Bangsa”, itulah bait-bait Lagu keramat yang sentiasa menjadi peniup semangat kepada sesiapa sahaja yang diterima menjadi mahasiswa UI.

Universitas Indonesia, kebanggaan besar bagi sesiapa saja yang berkesempatan ‘manggung’ di sini. Universitas Indonesia mempunyai nilai ‘historis’nya yang tersendiri dalam pengabdian bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan.

Setelah hampir seminggu berada di Jakarta, mengecapi nikmat hidup di kota Metropolitan penuh dengan kepelbagaian ragam manusia, hampir-hampir aku juga turut lemas dalam arus budaya baru ini.

Setelah selesai majlis orientasi pelajar baru anjuran Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI) cabang Jakarta dan Jabatan Penuntut Malaysia di Jakarta maka kami dihantar ke pusat pengajian masing-masing. Abang Lokman (Almarhum), Zali Abu Bakar dan Kak Jue antara nama kakak kelas kami di UI yang bertanggungjawab membawa kami mendaftar di Rektorat Universitas Indonesia.

Masih aku teringat pesanan dari Abang Lokman sebelum kami berangkat mendaftar keesokan harinya, “esok sebaik saja waktu subuh, kita sudah harus bergerak ke Stasiun Keretapi Gambir, kita harus ke kampus UI dengan keretapi, lebih cepat dan selamat, kalau dengan ‘bis’ bisa ‘macet’ kita di jalan”, pesan Abang Lokman.

Keesokannya aku paling awal bersiap, aku lihat teman-teman lain juga sudah siap sedia untuk berangkat, seingatku kami seramai 10 orang dari pelbagai jurusan, aku dan Mat Zain anak Jurusan Sejarah, Rizal Tawel anak Jurusan Psikologi, Rizal Razak, Asri, dan seorang lagi yang aku lupa namanya anak Jurusan Kedokteran Umum, Anis dan Nurul anak Jurusan Kedokteran Gigi, kemudian Rahman dan Zaimi anak Jurusan Teknik Mesin.

Seperti diduga, kami melalui pengalaman yang sangat teruja apabila sampai di Stasiun Keretapi Gambir. Kami terpaksa berlari-lari mengajar dan mencari gerabak yang kosong. Karena telah dingatkan sebelumnya oleh Abang Lokman, maka kami bergerak secara ‘kompak’ dan sentiasa memastikan kami tidak terpisah jauh. Akhir dalam lautan manusia yang pelbagai rupa dan kerana telah bersedia dengan pelbagai cara, kami berhasil menemukan gerabak yang sesuai. Tetapi dari satu stasiun ke satu stasiun sebelum sampai ke stsiun UI, dalam perkiraanku terdapat hampir sepuluh perhentian.

Suasana dalam gerabak keretapi sebelum sampai ke destinasi kami iaitu di stasiun UI memberi banyak pengalaman baru yang tak pernah ada dalam perkiraan kami sebelumnya. Suasananya tak ubah seperti dalam pasar, semua barang yang dijual di pasar ada dijual di dalam gerabak keretapi, ikan, sayur, telur, jeruk (buah limau), ayam, itik dan apa saja yang kita ingin dapatkan di pasar. Malah set kerusi meja dari bamboo juga diniagakan. Satu pengalaman yang tak pernah kita rasakan di Malaysia sebelumnya. “Berjualan di kereta itu ‘gratis’ lho, yang bawa dagangan juga ikut ‘gratis’ tak perlu beli ‘karcis’ untuk naik keretapi”, kata Fina teman baikku setelah mendaftar sebagai mahasiswa UI.

Akhirnya, dalam suasana yang penuh sesak dan sekian lama menahan rasa menghirup pelbagai bau-bauan yang luar biasa, kami sampai ke stasiun tujuan. “Stasiun UI, stasiun UI”, terdengar jeritan entah aku tak pasti dari siapa, mungkin juga pertugas keretapi. Kami rasa bagaikan terlepas dari satu siksaan, tapi mungkin juga satu pengalaman yang tak mungkin kami lupakan. Tapi terdetik kembali dalam hati, apakah selepas ini setiap hari aku harus melalui pengalaman seperti ini jika sudah tiba musim kuliah nanti. Hati mula jadi gundah- gulana, terasa sungguh berat cabaran yang harus ku lalui kalau harus seperti ini setiap hari.

Universitas Indonesia, kampus tercinta, aku datang bertamu rasa, menukar cita menjadi nyata, agar bisa menjadi bangga, dapat menjadi pelajar ternama, menjulang negara ke mercu jaya. Itulah ikrar dan lafaz setia, sebelum aku melangkah masuk ke Universitas tercinta. Ingin menimba ilmu yang ada, ingin menyemai rasa cinta, menukar duka menjadi bahagia, melepas rindu pada tempatnya, adat berilmu taat setia, melangkah masuk penuh bergaya, agar dipandang hebat di mata dunia.

Semangat Lincah Gembira
Sadar Bertugas Mulia
Berbakti dalam Karya
Mahasiswa……
Universitas Indonesia Perlambang Cita
Berdasarkan Pancasila Dasar Negara
Kobarkan Semangat Kita Demi Ampera…

Baling, 11.55 pm, 9 Ogos 2011

No comments:

Post a Comment