Friday 5 August 2011

Depok Dalam Lipatan Sejarah, Agustus 1989 – Siri Kedua

Hasil Nukilan Samsul Kamil Osman, Baling, Kedah.

Jakarta oh Jakarta, sebuah Kota Metropolitan yang penuh dengan kepelbagaian, penuh dengan keunikan, penuh dengan aneka ragam dan rencah kehidupan manusia. Jakarta “kota seribu harapan”, kota yang menjadi nadi kebangkitan bangsa Indonesia, kota yang menjadi mercu tanda permodenan bangsa Indonesia.

“Macet”, ayat pertama yang aku pelajari dari Pak Osman. Dia adalah orang yang populer di kalangan mahasiswa Malaysia yang menuntut di Indonesia, terutama anak-anak di Jakarta dan sekitarnya. Pak Osman, sebuah nama yang sangat dekat dan mudah aku ingat. Mungkin saja secara kebetulan namanya sama dengan nama abahku.

Tapi tentu rakan-rakan yang lain juga setuju, tanpa pak Osman kita bisa saja mendapat musibah bila berurusan di ‘kantor’ Imigrasi untuk mengurus ‘KIM’S (kartu izin masuk sementara) yang sama tarafnya dengan visa untuk tinggal belajar di Indonesia.

Pak Osman adalah orang pertama yang aku kenal apabila pertama kali menjejakkan kaki ke kota Jakarta. Masih aku ingat susuk wajahnya yang berkepala botak licin, tinggi lampai dan berbadan tegap.

Wisma Malaysia, Jalan Hos Cokroaminoto, Menteng. Di sinilah untuk pertama kalinya berkumpul dan bersilaturrahmi. Inilah destinasi pertama kami setelah hadir menjadi tetamu kota Jakarta. Wisma Malaysia terletak di tengah-tengah kota Jakarta, menjadi pusat tumpuan pelajar Malaysia yang menuntut di Jakarta dan kota-kota lain di sekitarnya.

Tak jauh dari Wisma Malaysia, letaknya Pasaraya Sarinah yang menjadi tumpuan sesiapa saja yang ingin berbelanja. Juga, tidak jauh dari Sarinah, terdapat pasar besar dengan manusia berpusu-pusu berbelanja secara borong iaitu ‘Pasar Tanah Abang’.

MONAS, merupakan mercu tanda kota Jakarta juga letaknya tak jauh dari Wisma Malaysia. Monumen Nasional ini punya keunikkannya yang tersendiri karena di mercu monumen ini dikabarkan diletakkan objek yang diperbuat dari emas tulen setinggi 15 meter. Tetapi di sini ada sesuatu yang lebih menarik lagi, terutama aktiviti malam minggunya.

Malam minggu di sini menjadi tempat pesta yang sangat meriah, terutama bagi kalangan muda-mudi yang berminat mencari hiburan murahan. Pesta dangdut secara terbuka sehingga ke pagi. Sungguh meriah dan penuh bercahaya. Malam minggu menjadi sangat teruja dengan pelbagai gelagat pasangan baik muda maupun yang tua mendapatkan hiburan ‘gratis’, sambil melayan pasangan memadu asmara dari malam sampai ke pagi. Malam minggu merupakan malam untuk muda-mudi mendapatkan hiburan dan berpesta menikmati udara malam. ‘Kencan bersama pacar’, istilah yang selalu disebut oleh anak-anak Jakarta.

Selain Wisma Malaysia, Jalan Budi Kemulian adalah destinasi utama mahasiswa Malaysia ketika itu. Di sini terletaknya Jabatan Penuntut Malaysia di Jakarta, dan di sini juga terdapat beberapa bilik yang menjadi tempat penginapan beberapa mahasiswa Malaysia yang kuliah di sekitar kota Jakarta. Menariknya, letaknya tak jauh dari MONAS, tentunya menjadi sangat menarik untuk menumpang menginap di sini setiap hujung minggu.

‘Bajaj’ adalah kenderaan yang sangat populer di kalangan mahasiswa yang berada di kota Jakarta. Bajaj merupakan teksi yang paling pantas, keunikkannya kerana diubahsuai dari motor ‘vespa’ menjadi kenderaan beroda tiga yang penumpangnya duduk di belakang. Sebelum menggunakan perkhidmatan bajaj, pengguna harus terlebih dahulu tawar-menawar tambang. Di sinilah letaknya satu lagi keunikkan, iaitu kita harus berani menawar supaya tidak dikenakan harga yang tinggi…

Jakarta oh Jakarta. Kota yang memberi seribu satu macam pengalaman. Hidup di kota Jakarta tidak seindah dan semanis seperti yang aku gambarkan sebelum menjejakkan kaki ke sini. Rasa semangat yang berkobar-kobar menjadi sedikit luntur, kata-kata yang penuh bersemangat menjadi sedikit mengendur, senyuman yang melebar menjadi sedikit hambar. Aku mula menjadi ragu-ragu. Keresahan terus menyelubungi selepas dikabarkan kami akan dihantar ke kampus Universitas Indonesia yang letaknya bukan di Jakarta, tetapi di Depok.

Depok, Kota Madya yang terletak dipinggir Jakarta dan lebih tepatnya berada di perantaraan Jakarta dan Bogor di Jawa Barat. Hati ini menjadi sangat gusar, apakah cabaran yang bakal ku tempoh bila berkunjung ke Depok nanti. Melihat Jakarta saja sudah cukup sengsara, bagaimana pula untuk mengadaptasi dengan Depok yang lebih jauh, sukar ku pastikan bagaimana rupa dan ragam kotanya. Hanya satu harapanku. Hati harus cekal, semangat harus kuat, cita-cita harus diutamakan. Apa saja cabaran harus ku tempuh. Kerana ini saja jalan yang aku ada. Ini sahaja pilihan yang aku punya. UI aku datang. Depok aku bertandang, apa saja akan aku tantang. Asalkan kejayaan bisa ku bawa pulang.

8 Ogos 2011, 2.31 am

2 comments:

  1. Intro tulisan sudah menjadi. Seterusnya kembangkan dengan:
    1) kursus - bidang kajian /sendiri-hiasiswa
    2) persahabatan se kampus /Malaysia - Indonesia
    3) pengalaman suka duka hidup di sana
    4) hasil dan harapan masa depan
    5) data tulisan boleh merangsang pelajar baru

    Demikian sekadar rangka asas, yang lain boleh berkembang mengikut gaya dan pemilihan sorotan masing-masing. Maju terus...

    ReplyDelete
  2. Terima kasih atas saranan dan bimbingannya Prof Dr Siti Zainon, Insyaallah akan saya usahakan memperbaiki tulisan ini dari masa ke semasa...

    ReplyDelete