Friday, 9 September 2011

UI Depok Sepanjang Perjalanan – Siri 7 – Samsul Kamil Osman

Kejayaan Tercipta
Pagi ini kicauan burung kedengarannya sangat merdu sekali. Lebih merdu dari hari-hari biasa. Nyanyian unggas juga kedengaran beralun dengan irama yang tersendiri, sama merdunya dan iramanya seperti seiring dengan alunan lagu siulan sang burung yang sedang berterbangan menghibur hati. Pohon-pohon juga ikut bergoyang ke kanan dan ke kiri, seolah-olah menari mengikut irama lagu yang sangat tersusun rapi. Angin pula bertiup lembut menyegarkan lagi suasana pagi menjadi sangat indah sekali untuk dinikmati. Inilah sebenarnya nikmat yang diturunkan oleh Ilahi, sesiapa saja akan bahagia bila dapat merasakan anugerah ini. Pantas saja setiap pagi sebelum terbitnya mentari, kita dituntut untuk sujud mengakui kebesaran Illahi…..kita dituntut menadah tangan memohon dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberi…., kita sujud memohon keberkatan dan petunjuk dari Ilahi, semoga saja hari yang bakal kita lalui akan dipermudahkan dan mendapat anugerah yang tidak terperi.

Di atas kebesaran Ilahi dan anugerahNya yang tidak ternilai sekali, hari-hari yang aku lalui sangat jelas dan pasti. Aku sepertinya telah mendapat satu kekuatan dan semangat yang tidak pernah sebelumnya aku rasai. Langkah-langkahku kini menjadi sangat pasti dan penuh berani. Aku punya keyakinan diri yang sangat luar biasa sekali. Semua yang aku lakukan semuanya menjadi dan tak pernah ada rasa sangsi lagi. Masa depan sepertinya sudah nampak dengan jelas sekali. Aku tidak lagi punya perasaan tercari-cari, kerana semuanya sudah jelas dan menjadi sangat pasti. Kejayaan yang ingin aku raih juga sudah hampir berada di penghujung hari, hanya menungggu saat dan ketikanya saja lagi. Hari-hari yang aku lalui di kampus kini hanya untuk melengkapkan diri sebelum melangkah kembali. Melangkah pulang kepangkuan keluarga dan ibu pertiwi. Membawa pulang kejayaan yang seperti yang telah ku janjikan, agar tertunai segala harapan yang telah diberi. Segala amanah akhirnya dapat aku penuhi.

Setelah berhempas pulas, bertungkus lumus mengharungi pelbagai cabaran dan dugaaan mengejar impian untuk meraih kejayaan di perantauan, akhirnya aku berhasil sampai ke hujung perhentian. Hanya ada beberapa langkah saja lagi yang perlu aku lengkapkan untuk sampai ke penghujung jalan dan seterusnya berada di titik penamat. Setelah itu segala harapan dan impian untuk meraih kejayaan yang diidam-idamkan sejak dari hari pertama mendapat tawaran melanjutkan pelajaran dan kemudian membawa kepada hampir lima tahun berada di kampus Universitas Indonesia ini sepertinya akan menjadi kenyataan. Lima tahun bukan satu jangkamasa yang singkat, tapi kalau diukur dengan ilmu yang aku dapat sepertinya tak terasa masa yang bergerak pantas seperti kilat. Itu sudah menjadi lumrah dalam mencari ilmu agaknya, setiap masa yang berjalan bagaikan angin yang bertiup lalu, datang dan pergi silih berganti, hujan dan panas setia mendampingkan diri, siang dan malam datang dan pergi….., angin tetap bertiup tak akan pernah berhenti…..,kita tak akan tahu kapan akan berakhirnya nanti. Hanya Allah yang tahu dan mengerti dengan pasti.

Pada tanggal 5 Mei 1994, tepatnya pada jam 9.00 pagi Waktu Indonesia Barat (WIB), adalah perjuangan terakhir aku untuk berada di garisan penamat dan seterusnya menamatkan pengajianku di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Hari ini aku akan diuji untuk mempertahankan kajian skripsiku. Tapi yang lebih tepatnya, Ujian Skripsi di Jurusan Sejarah lebih menekankan bagaimana mahasiswanya dapat mempergunakan segala ilmu dan metodologi yang telah dipelajari dan kemudian diadaptasikan dalam kajian dengan melakukan penelitian secara kepustakaan dan lapangan. Hasil daripada kajian dan penelitian kemudiannya diterjemahkan dalam penulisan secara deskriptif dan analitis untuk dipersembahkan sebagai bukti untuk layak dinilai dan selanjutnya diberikan pertimbangan selayaknya untuk mendapat anugerah Sarjana Sejarah.
Dalam Ujian Skripsi, setiap calon sarjana akan membentang dan mempertahan hasil kajian mereka di hadapan lima orang panel penguji yang terdiri dari dua wakil Dekan Fakultas dan tiga orang dosen penguji yang dilantik oleh Jurusan Sejarah. Beberapa hari sebelum menempuhi Ujian Skripsi tersebut, aku telah dimaklumkan lebih awal nama-nama barisan panel yang bakal menguji aku nanti. Melihat senarai penguji itu sudah cukup membuatkan aku menjadi kecut, takut dan rasa gementar sekali. Apa tidaknya, nama-nama besar dan dosen-dosen tersohor di FSUI ku lihat tersenarai dan bakal siap untuk mengujiku nanti. Wakil dari Dekan Fakultas, Prof. Dr Sapardi Djoko Damono, yang ketika itu berjawatan Pembantu Dekan 1, kemudian dari Jurusan Sejarah sendiri diisi oleh dosen senior Prof Dr R.Z. Lariesa (almh), Mas Susanto Zuhdi M.A(Prof. Dr Susanto Zuhdi) dan Ibu Nana Marliana selaku ketua Jurusan Sejarah ketika itu. Ini sebenarnya sesuatu yang mengejutkan aku dan juga teman-teman lain. Kata mereka, mungkin saja kerana aku mahasiswa dari luar negara, maka pengujikan juga harus dari kalangan mereka yang sangat berwibawa. Tapi apapun alasan dan situasinya ketika itu, aku cuba untuk menghilangkan rasa takut dan gementar. Aku harus siap dan bersedia menempuhi apa saja yang bakal terjelma, kerana sebenarnya aku sudah berada di hujung sebuah perjalanan. Aku sudah berada di garisan penamat dan sebenarnya juga hanya memerlukan beberapa saat dan ketika saja untuk menyelesaikannya. Aku harus berani, cekal dan yakin dengan segala usaha dan tugasan yang telah aku selesaikan. Aku akan mempertahankan segala kajianku dangan yakin dan penuh pasti supaya hasilnya nanti sebuah kejayaan yang cemerlang dan membanggakan.

Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari ini aku akan melalui titik penamat dalam pengajianku. Hari ini merupakan hari penentuan, hari yang akan memberi satu penilaian terhadap keupayaanku untuk dinilai sama ada layak atau tidak diangkat sebagai Sarjana Sejarah lulusan Universitas Indonesia. Sebaik saja aku sampai di luar ruangan ujian, terlihat kelibat teman-temanku yang datang untuk memberi sokongan dan dorongan semangat. Aku menjadi sangat bangga dan bahagia sekali, kerana sepertinya teman-teman sangat setia memberi bantuan, sokongan dan dorongan semangat sejak dari awal aku mendaftar diri sebagai mahasiswa sehinggalah hari terakhir aku akan dianugerahkan sebagai sarjana di UI. Fina, Edo, Jainal Abidin, Adi, Ipong, Nita, Evi, Rudi (almh), Bart Lapian, Mohd Zain, Ifyani, Iskandar dan Syed (teman anak Malaysia dari FISIP), terima kasih kerana hadir memberi semangat untukku. Nilai setia kawan dan ikatan persahabatan antara kita sangat tidak ternilai dan akan ku kenang selama-lamanya.

Tepat jam 9.00 pagi, sekretaris ujian memanggil namaku untuk masuk ke ruangan di mana ujian skripsiku akan dijalankan. Sebelum masuk ke ruangan, teman-teman menberikan ucapan selamat dan kata-kata semangat. Sebaik saja masuk ke ruangan ujian, aku lihat panel penguji sudah siap meneliti dan menyemak setiap lembar-lembar buku skripsiku yang telah aku serahkan sebelum ujian. Aku kemudian disuruh duduk dan memperkenal diri dan menceritakan latar belakang kajian. Dengan suara yang bersemangat dan penuh dengan keyakinan diri aku menyampaikan pengantar seperti layaknya seorang pemidato mengupas hujahan. Terlihat ada tanda-tanda rasa puas terpancar dari wajah ahli panel yang mendengarkan aku memberi kupasan. Pertanyaan demi pertanyaan aku jawab dengan jelas, tegas dan rasa yakin diri yang tinggi. Aku sepertinya menjadi sangat berani, dan menguasai segala isi kajian yang dibentangkan hari ini. Entah mengapa aku sepertinya sungguh yakin setiap hujah-hujah yang ku sampaikan dapat memberi kepuasan kepada penal yang menguji. Ruangan ujian nampak seperti dingin sekali dengan penghawa dingin yang terpasang sedia, tidak memberi sebarang impak padaku. Aku rasa berkeringat walupun berada dalam ruangan yang dingin.

Kemudian kedengaran suara mengarahkan aku untuk berhenti berbicara. “Baik, bagus sekali pembentangan kamu, saya bangga dan atas nama fakultas Satra UI, saya mengucapkan syabas,” Prof. Dr Sapardi Djoko Damono selaku ketua panel memberhentikan hujah dan sekaligus memujiku. Mendengarkan pujian itu sudah cukup membuatkan aku merasa sangat puas dan berbangga. Puas kerana aku berhasil melakukan yang terbaik untuk ujian terakhirku di sini. Bangga kerana aku mendapat pujian dari seorang tokoh ilmuan yang sangat tersohor dan sangat aku kagumi selama ini.

Aku kemudiannya diminta menunggu di luar ruangan sebelum penal membuat penilaian dan memberi markah penuh ujianku hari ini. Sebaik saja aku keluar dari ruangan, teman-teman bersorak meraikan keberhasilanku dalam menyampaikan pembentangan. Beberapa ketika aku ditenangkan oleh teman-teman, dan cuba memberi keyakinan yang aku bakal lulus dengan baik nanti.

Beberapa ketika kemudian itu, sekali lagi sekretaris ujian memanggil aku masuk untuk menerima keputusan nilai ujian. Aku dengan cepat bangun dan terus melangkah masuk ke dalam ruangan dan kemudian duduk kembali di bangku yang disediakan.

“Saudara Samsul Kamil Osman, dengan ini panel Ujian Skripsi Fakultas Sastra Universitas Indonesia, pada tanggal 5 Juli 1994 dengan sepakat dan penuh dengan keyakinan kami selaku penguji ujian hari ini memberikan pradiket tertinggi dengan nilai ‘A’ kepada hasil pengujian kami ke atas pelaporan skripsi anda yang dibentangkan pagi ini. Saya selaku wakil pimpinan Fakultas Satra Universitas Indonesia, memperkenankan saudara Samsul Kamil Osman layak untuk diangkat menyandang gelaran Sarjana Sejarah Universitas Indonesia,” ucapan pembacaan keputusan ujian yang dibacakan oleh Prof. Dr Sapardi Djoko Damono.

Mendengarkan hasil keputusan itu, tiba-tiba airmata bahagia mengalir keluar melalui alur kelopak mataku. Aku menjadi tambah terharu apabila didakap oleh Prof Dr. R.Z Lariesa dan kemudian oleh Mas Susanto yang juga kemudiannya menyampaikan rasa bangga mereka atas kejayaan yang telah aku capai. Kemudian Ibu Nana mendekatiku dan mengucapkan tahniah atas keberhasilanku menamatkan kuliah dengan jayanya di FSUI. Tambah manis lagi apabila skripsiku telah mencapai kelulusan dengan pradiket tertinggi dan dipilih antara yang terbaik pernah dihasilkan oleh mahasiswa Jurusan Sejarah. Mendengarkan pujian itu aku menjadi sangat berbesar hati dan bangga kerana dapat memberi yang terbaik untuk aku persembahkan kepada semua orang yang telah berjasa kepadaku selama ini. Ini juga sebenarnya satu anugerah yang tidak ternilai besarnya yang telah Allah s.w.t kurniakan dan aku sangat-sangat bersyukur atas nikmat yang telah diberi.

Hari itu sepertinya aku telah mencatatkan sejarah manis dalam diari perjalanan hidupku sebagai mahasiswa UI. Aku telah memahkotakan segala janji-janjiku untuk menggapai impian menjadi antara mahasiswa yang terbaik di FSUI. Sepertinya juga aku telah dapat menunaikan janji-janjiku untuk membawa pulang segulung ijazah yang sangat bermakna sebagai hadiah buat kedua ibubapaku yang selama ini sangat-sangat ingin melihat anak mereka berjaya di Menara Gading. Aku juga sepertinya sudah dapat menebus kembali janjiku untuk menghadiahkan sesuatu yang sangat istimewa buat anaku Mohd Alieff Shamida yang lahir tanpa disambut oleh seorang ayah seperti anak-anak kecil yang lain. Tentu sekali yang paling bangga dengan kejayaanku ini adalah isteriku yang tercinta, Nurul Azida Zaini, insan yang banyak berkorban dan terpaksa melalui liku-liku yang sukar kerana terpaksa berpisah jauh demi untuk mengejar impian demi masa depan yang gemilang dan terjamin.

Kepada semua insan-insan yang telah berjasa membantu, membimbing, mendoakan dan memberi sokongan dalam bentuk apa saja sehingga kejayaan dapat aku julang, jasa kalian tidak mampu aku lunaskan. Hanya doa dapat aku panjatkan semoga kalian semua akan mendapat keberkatan dan mendapat anugerah dari Allah s.w.t., di atas segala kebaikkan yang telah kalian berikan. Berikut terimalah serangkap pantun untuk mengabdikan kenangan jasa yang telah kalian tunaikan.

Pohon sirih pohon selasih
Tumbuh merimbun di hujung laman
Kalungan budi junjungan kasih
Menjadi kenangan sepanjang zaman

Samsul Kamil Osman, Teratak Shamida, 9 Ogos 2011

No comments:

Post a Comment